This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 14 Desember 2013

BAB I

Lafal Ta’awudz

Setiap akan membaca Al-Qur’an, baik dari awal maupun tengah surat disunnahkan untuk membaca ta’awudz. Adapun Shighat Ta’awudz yang paling utama adalah
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Adapun jika orang membaca :
أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
atau
أَعُوْذُ بِاللهِ الْعَظِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
atau
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ

atau
أَعُوْذُ بِاللهِ الْعَظِيْمِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

Seperti itu juga boleh. Namun Rasul tidak melakukan Shighat yang seperti itu.
Di salah satu mushaf yang terdapat di samping dari awal surat Bara’ah (At-Taubah) sighat ta’awudznya adalah

أَعُوْذُ بِاللهِ  مِنَ النَّارِ, وَمِنْ غَضَبِ الْجَبَّارِ, اْلعِزَّةُ لِلهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ

Namun Rasulullah dan ahli Qurra tidak melakukan ta’awudz seperti itu. maka dari itu, jika membaca awal surat Bara’ah (At-Taubah) yang lebih utama cukup membaca

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

 Keterangan : Shingat = Bentuk atau Lafal

Sumber : Umar, Abdullah. TT. Risalatul Qurra wal Huffadz, Semarang, Karya Toha Putra

Rabu, 13 November 2013

Nasib tinggal di Bantaran Sungai

Angin bertiup segar menyusur pepohonan. Gemercik air disertai rerintikan hujan menambah aroma dinginnya pagi. Dingin merasuk tubuh di atas gubuk. Duduk di tengah sawah memandang hijaunya padi. Sesekali suara kodok saling bersahutan. Kerikan jangkrik juga tak mau kalah.
memisah dengan kota beraliran deras bengawan solo menandai dusun Tulung, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Bengawan yang biasa dipakai menangkap ikan itu terasa tenang dan damai.
Riuhnya anak sesekali terdengar, sambil berlarian di nggisik menunggu umpan pancing mereka dilahap ikan. Beberapa perahu juga terlihat mengapung sambil menebar jala.
Gemerlap sinar terlihat dari seberang bengawan, terlihat keramaian kendaraan memadati jalur sepanjang kota. Pasar yang terletak menghadap ke bengawan juga semakin menambah kepadatan jalan di sana.
entah mengapa tanah yang ku pijak masih bertatakan tanah dan bebatuan, dan entah kapan lingkungan yang sepi ini akan bangun dari kesunyiannya.
Walau bertetangga dengan kota, tak menjanjikan kehidupan ini banyak berubah. Komoditas ikan yang tak menentu membuat sebagian penduduk beralih membuat bata. Dengan gedhek sebagai dinding dan tumpukan damen menjadi atapnya, mereka membuat gubuk-gubuk kecil di samping nggisik. Sebagai penutup tungku pembakaran tanah calon bata tersebut.
“Kalau musim rendeng seperti ini, kami harus berhenti membuat bata, Aliran bengawan terlalu deras hingga meluap, itu berbahaya,” Ungkap Ahmad Marzuqon (23), seorang pemuda Tulung.
Tak jarang gubuk-gubuk buatan penduduk ikut terseret aliran bengawan, mereka hanya pasrah dan akan membuat kembali ketika air sudah tak munjuk atau ganti musim.

Kebanjiran
Datangnya musim penghujan membawa persoalan tersendiri. Luapan sungai bengawan membuat penduduk mengungsi ke kota. Jalanan tanah bebatuan menjadi lumpur seketika banjir datang.
tinggi air di depan rumah bisa mencapai punggung orang dewasa. Perahu yang biasa bersandar diseberang bengawan, sekarang menyusur di depan rumah, membawa barang-barang berharga untuk di ungsikan ke tempat yang lebih tinggi.
Walau sudah dibangun bendungan gerak di kecamatan kalitidu, sebelah utara kecamatan Trucuk, tak menjadikan bebasnya dari genangan banjir yang melanda tiap tahun.
Kegiatan mencari nafkah lumpuh, sekolah-sekolah diliburkan, Aliran listrik pun dimatikan, Persawahan dan ladang terpaksa dipanen dini demi menghindari kerugian yang lebih besar.
Semua orang sibuk menyelamatkan diri ke kota, dengan membawa barang-barang berharga mereka. Bencana yang banjir ini tidak dapat dipastikan kedatangannya, terkadang siang atau bahkan malam hari menyebabkan penduduk harus selalu siaga 24 jam jika sewaktu-waktu banjir datang.
“Ketika kami sedang sibuk menyelamatkan semuanya, orang kota malah berdatangan sekedar untuk melihat. Mungkin bagi mereka hal ini seperti hiburan karena tidak pernah terjadi di tempat mereka”, kata kepala dusun Tulung, Maryono.
            Kondisi serupa banyak ditemui di daerah-daerah bantaran sungai bengawan solo. Keadaan curah hujan yang tinggi selalu membuat kenyamanan dan ketentraman warga terganggu.

Tak terurus
         Semasa jabatan Bupati Atlan (2004), Kecamatan trucuk merupakan salah satu daerah prioritas pemerintah untuk penanggulangan banjir. Tanggul-tanggul mulai dibangun mengitari bantaran sungai.
       Namun entah mengapa ditengah perjalanan proyek tersebut dihentikan. Kabarnya dana yang dikucurkan untuk pembangunan tersebut menuai permasalahan di DPRD. Sehingga hanya setengah yang baru dikerjakan. Itupun bantaran yang di samping kota.
             Bergantinya Bupati Pada Tahun 2009 oleh Hartoyo ternyata juga tidak begitu membawa perubahan yang berarti. Kebijakan pada pemerintahannya malah memprioritaskan perbaikan jalan-jalan raya dalam kota maupun antar kota. Tak terjamahnya trucuk dari tangan pemerintah membuatnya semakin tak terurus.
Pemerintah kilo karep pe piye? Apa mereka selalu tutup mata tiap tahun melihat apa yang terjadi di sini?” Kata Suminah, warga Dusun Tulung.
            Keluh kesah tak henti mereka sampaikan kepada pemerintah setempat, Alih-alih diperhatikan, hanya janji-janji yang mereka dapat dari pemilihan umum ke pemilihan umum berikutnya.

Ket.
nggisik            : Pesisir
gedhek           : anyaman yang terbuat dari bilah-bilah bambu untuk dinding rumah
damen             : Jerami
rendeng          : Musim Hujan
munjuk            : Meluap

Senin, 14 Oktober 2013

Bab Kalam

اَلْكَلَامُ هُوَ الْفْظُ الْمُرَكَّبُ الْمُفِيْدُ بِالْوَضْعِ

Artinya : yang dimaksud dengan kalam adalah semua lafadz yang tersusun serta berfaidah dan disengaja.
  1. Lafadz : segala suara yang mengandung sebagian huruf hijaiyah. Contoh جَاءَ زَيْدٌ (Zaid telah datang) Jadi, jika suara tersebut tidak mengandung huruf hijaiyaj berarti bukan lafadz seperti suara TV, Speaker, Gendang, dll.
  2. Tersusun : segala lafadz yang tersusun dari dua atau lebih. Yang memberikan faedah. Contoh   زَيْدٌ قَائِمٌ (Zaid telah berdiri)
  3. Berfaidah : segala sesuatu yang memberikan faedah dengan sempurna. Artinya, bagi orang yang mendengarkan tidak butuh lagi bertanya dan bagi orang yang berbicara tidak butuh mengulangi pernyataannya. Contoh : زَيْدٌ قَائِم (Zaid telah berdiri).
  4. Sengaja : segala lafadz yang secara sadar atau disengaja oleh orang yang berbicara untuk dibicarakan. Maka dari itu, ucapan orang yang sedang mengigau, mabuk bukan termasuk ‘Disengaja’.
S      Sumber : _________, Al-Jurumiyah (Magelang : Ma'had Al-Islami As-Salafi, TT )

Selasa, 08 Januari 2013

Dengan Waktu, Mari jadikan hidup lebih bermakna


Waktu merupakan rangkaian kejadian atau batas awal dan akhir sebuah peristiwa. hidup tak mungkin lepas dari dimensi waktu. seseorang yang tidak menghargai waktu, sebenarnya ia sedang berjalan mengurangi makna hidupnya. Bahkan kesengsaraan manusia bukan hanya terltak pada harta maupun benda, namun karena tidak adanya penghargaan terhadap waktu.

Terkadang kita menjalani hidup atau mengarungi detik demi detik, hari demi hari sama sekali tidak ada makna bagi diri sendiri maupun orang lain. Waktu yang kita lewati hanya berlalu sia-sia dan hilang percuma. jika kita memaknai secara fundamental, hidup ini berjalan menuju kematian. maka hal tersebut akan menjadi pendorong bagi kita untuk senantiasa menjadikan hidup ini lebih bermakna, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.